Sedikit Keluh Kesah Komunitas Beyblade English di Twitter, Dan Alasan Bersih-Bersih Akun Twitter di @nia_kyoya.

     Halo semua, sebelumnya maaf banget jarang nge-blog karena aku- mager. Hehe. Dan mohon maaf juga untuk review rewatch Metal Fight Beyblade-nya nggak lanjut karena aku juga ada urusan di IRL, aku juga masih maraton nonton Kamen Rider Ryuuki, jadi mohon kesabarannya ya. (Walaupun aku juga tau, nggak akan ada yang baca, sih.)
    Kali ini aku mau pakai Bahasa Indonesia dan kata-katanya gak akan baku alias banyak campuran bahasa slang, dan sesantaiku. Kenapa? Buat ngerjain foreigner, terutama bulol alias bule tolol aja sih, ups, kasar. Bisa juga untuk pengguna internet yang POC tapi udah terminally ill kena konsep antishipper dan fandom police aja, sih- Kalau misalkan term/istilah yang kugunakan terlalu sulit atau salah mengartikan, mohon dimaafkan ya.

    Jadi, sebenernya aku udah join fandom MFB dari masih SMP dan itu juga tahun-tahun aku kenal internet dan belajar bikin akun sosmed, meskipun dengan grammar yang sangat amburadul. Bahkan aku juga sempet bikin dua akun fanpage di Twitter tapi sayangnya passwordnya nggak ingat. Sempat bikin grup kecil-kecilan di FB, intinya udah bakat bikin komunitas tapi memang yang susah itu menjalaninya sih.
    Sayangnya, aku gak manfaatin kesempatan itu berhubung followersnya mencapai angka ribuan, padahal lumayan untuk mempertahankan animo audiens terhadap anihobi terutama Beyblade. MFB sendiri sebenernya generasi Beyblade yang lumayan terkenal, tapi sempat redup apalagi sejak serinya selesai. Dan aku sangat menyokong orang-orang yang kukenal, kalau sudah suka MFB, aku saranin nonton Bakuten (Generasi pertama, Beyblade plastik) juga.

    Pada tahun 2023 tepatnya sekitar bulan Juli, aku memutuskan untuk balik ke fandom Beyblade karena baru selesai nonton Bakuten Shoot Beyblade Season 1, tapi aku menemukan sebuah fakta bahwa kondisi fandom sekarang sudah sangat berbeda, khususnya di Twitter ya. Waktu masih sekolah kisaran tahun 2011~2014, temen-temen sefandom justru dari Indonesia. Bahkan banyak juga yang sesama fujoshi (gadis yang menyukai BL), bahkan yumejoshi. (gadis yang membayangkan dirinya berpasangan dengan oshi/karakter/tokoh favoritnya.)
    Tapi sayangnya banyak yang pergi dan pindah fandom, aku juga sering deactive dan sedihnya lost contact sama mereka. Saat kembali 2 tahun yang lalu, yang sekarang aktif justru dari berbagai negara, dan bahasa yang dipakai jelas bahasa Inggris. Sebagian kecil pakai bahasa Spanyol, Perancis, tapi yang terbesar masih Jepang dan Korea. Di sini, aku kenal beberapa temen dari Indonesia (dan beberapa dari mereka juga memang teman lama), ada yang dari Malaysia, Vietnam, dan sisanya entah Eropa, entah Amerika Serikat.

    Karena pas balik itu, akun Twitterku bermasalah akhirnya aku memutuskan bikin akun baru sekitar bulan Oktober 2023, dan di situ justru dapet mutual orang Jepang. Aku bener-bener kaget karena ini pengalaman pertamaku kenal sama orang Jepang, belajar sedikit cara sapa menyapa dan dari dia juga aku dapet temen-temen Jepang lainnya, bahkan Korea. Awalnya aku nyaman karena mau teman-teman Asia Timur dan yang internasional sejauh ini santai, tapi setelah tren hashtag Beyblade Sweep berakhir (singkatnya kita harus rajin bahas Beyblade supaya masuk tren tag di Twitter), aku nemu sebuah pola.

    Ternyata mayoritas temen-temen Twitterku yang internasional ini, akunnya clout chaser. Yang artinya, cuma buat post/tweet untuk mengundang perdebatan, amarah, dan kisruh di antara pengguna satu sama lain atau cuma ngepos yang sifatnya mancing supaya jadi pada ngobrol satu hal yang sama.

    Dari sini aku bener-bener shock. Karena pola komunitas yang dulu kuikutin nggak kayak begini, dulu aku browsing di Tumblr, atau DeviantArt semuanya kreatif. Menggambar/melukis, buat fic, jadi yumejoshi/yumejin, cosplay, membuat boneka/nui, dan jenis kreatifitas lainnya. Sebenernya yang kayak gini masih ada, tapi rasionya jauh kalau diliat di Twitter. Komunitas internasional kebanyakan sukanya ribut, dan yang ironinya sebagian dari mereka fan-artist. Bahkan sejak sering liat kejadian seperti ini, banyak juga akun yang udah nggak aktif atau lebih milih aktif di fandom lain. Berhubung perayaan Anniversary 25 tahun Beyblade juga udah selesai.

    Tapi yang bikin lebih merinding gak cuma ini, ternyata sebagian temen-temen internasionalku ini, rata-rata antishipper dan fandom police. Bodohnya, aku baru sadar setelah udah cukup lama temenan sama mereka dan kurang awas masalah ini, karena itulah aku mulai bebenah akun Bey Twitter-ku. Mutual yang sekiranya punya profil seperti itu aku softblock, hampir semua pembahasan what if/headcanon, sebagian besar fan-art, video, bahkan video shitpost yang notabene tentang Beyblade aku hapus. Hampir semua interaksiku ke mereka juga aku hapus (kecuali DM, karena memang nggak bisa dihapus seperti Telegram.) Aku... Bener-bener kecewa karena ekpestasiku balik tuh, nggak seperti ini.

    Fandom kita udah kecil, kenapa isinya kayak begini? Mengingat kebanyakan dari mereka masih di bawah 17 tahun, dan sedihnya malah jadi fandom police. Aku juga sadar beberapa dari mereka homophobic tipis-tipis. Atau berat sebelah, misalnya cuma suka BL atau suka GL. Penyebutan term di perfandoman aja mereka lebih pilih yang rame di TikTok atau new gen aja. Misalnya couple/CP/Kapu jadi ship. SUMPAH- INI TEH- JELEK BANGET ISTILAHNYA. Dan kalian tau kalau kebanyakan gen alpha atau late gen z mayoritas udah masuk di ranah internet yang terlalu banyak difilterasi sensor dan diinvasi iklan/advertisers, sehingga mereka nggak ngerasain internetan kayak kakak-kakaknya dan tercipta generation gap tentang pemahaman berinternet dari sini.

    Kalau mau dianalogikan, mereka mirip remaja-remaja di film horor Amerika Serikat yang bebel buat tetep masuk ke jalur berbahaya padahal di situ udah dipasang tanda peringatan "DILARANG MASUK, ADA JURANG DAN JALAN CURAM!!!" dan karena budaya main cancel sana-sini juga berawal dari sana, aku sendiri nggak heran. Tapi yang bikin aku semakin bingung, orang-orang yang aku temui di fandom Beyblade waktu masih sekolah juga, kebanyakan orang Amerika Serikat, kok? Jadi, kenapa ini bisa terjadi?

    Menurutku, singkatnya banyak orang awam yang mendadak jadi penggiat fandom karena pandemik 2020 kemarin. Mereka masuk karena terbawa arus, bukan kayak kami yang memang dari awal mencari dan membuat riset sendiri, dan mempelajari peraturan dari ngefandom itu sendiri. Dan aku mau kasih tau aja, tindakan yang cenderung anti-art ini juga membuka gerbang terhadap tindakan fasisme.
    "Fasisme adalah ideologi politik dan gerakan sayap kanan ekstremotoritarianisme, dan ultranasionalistik, yang ditandai dengan kepemimpinan bak diktatorotokrasi yang terpusat, militerisme, pemberangusan paksa terhadap oposisi, kepercayaan terhadap adanya hierarki sosial, penghilangan hak-hak individu atas nama kebaikan negara dan ras, serta penyeragaman dan pengontrolan luar biasa terhadap masyarakat dan ekonomi." Singkatnya, dengan kamu menjadi anti atau fanpol, kamu sudah menghalangi seseorang atau sekelompok individu untuk mengekspresikan dirinya, atau bahkan sebagai bentuk terapi atas trauma masa lalu. (Sumber: Wikipedia)

    "Berarti kamu proshipper, ya? Problematic shipper? Terus, kamu mewajari pedofilia dan grooming?" Sejak kapan proshipper artinya begitu? Aku taunya pro- sebagai pro yang artinya menyetujui, bahwa couple/ship yang kamu suka tidak akan mengganggu aku dan tidak mengganggu kamu selama kamu tau batasan moral, dan aku tinggal tekan tombol mute/unfollow/blokir aja kalau nggak nyaman.
    Dan selama karakter di bawah umur itu tidak 100% menggambarkan tokoh yang benar-benar ada, aku nggak terlalu peduli. Lebih baik kita fokus ke jutaan anak-anak dan remaja di luar sana yang terlanjur jadi korban di medan peperangan, penjajahan modern, penculikan, manipulasi, kekerasan, dan pemerkosaan. Let's focus on the real thing. Banyak lho, orang-orang yang hidupnya selamat atau tidak menjadi kriminal karena menumpahkan keresahan atau pikiran intrusifnya lewat berkarya.

    Pertanyaan yang aku kutip di atas, sering aku dengar dari anti/fanpol, tapi sebenernya juga kontradiktif sama tindakan mereka. Kalau orang yang tau diri, nggak nyaman tinggal menjauh. Tapi mereka beda, kalau ada yang gak semoral langsung diserang, dibully, cari pasukan, nggak berhenti kirim pesan berantai atau dilabrak dengan akunnya dicall-out ke publik. Pokoknya KONTEN NSFW HARUS MATI! KREATORNYA HARUS MATI! Begitulah pola pandang mereka. Lebih membela HAK (Hak Asasi Kertas), lebih membela hak hidup gepeng, dibanding Hak Asasi Manusia.

    Dan jujur, aku capek sama debat kusir seperti ini, makanya banyak yang aku hapus dari pertemanan di akun Bey Twitterku. Benar-benar kecewa. Dan sebelumnya, sekali lagi mohon maaf jika beberapa bagian paragraf terkesan menyindir pihak tertentu, atau tipis-tipis membicarakan beberapa user yang pernah jadi temenku, tapi aku benar-benar nggak tahan.

    TLDR, antishipper and fandom police, Do Not Interact! Terima kasih. Semoga kita semua bisa tetap berkarya tidak peduli dengan halangan dari orang-orang seperti ini.

Hope this hurts.

*Text: Yes
*Image: No
*Video: No
*Link: Yes
*Paragraphs: 19

— The writer from this blog is an Indonesian with fluent English skills, don't forget to click "Translate" if you barely understand these two languages. Every franchise/brands that mentioned here are not sponsored unless it's stated. This blog was made for non-profit purpose and also for archival and personal analysis. Copy paste, AI-generation, screenshot, and sharing the context outside of this blog are PROHIBITED. Please contact me or ask me permission on Twitter (@Nia_Kyoya) if you want to use my writings for non-commercial uses.

— Nia, 2025

Popular posts from this blog

First Blog and Metal Fight Beyblade Rewatch Commentary [EP1 Only]

Generative AI, AI Generated users, And Simulacra game